Laut Indonesia yang luasnya sekitar 5,8 juta km2 memiliki keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Dahuri (2003) telah melakukan kompilasi data mengenai jumlah spesies bahari Indonesia dan mencatat tingginya keanekaragaman spesies bahari ini, yaitu antara lain 2 ribu spesies ikan pesisir, lebih dari 1.500 spesies krustase, 2.500 spesies moluska, 1.000 spesies karang, 850 spesies spons, 500 spesies ekinodermata, serta 30 spesies mamalia laut. Sedangkan untuk wilayah perairan tawar, Indonesia diperkirakan memiliki 1.100 spesies.
Spesies bahari dan perairan tawar dapat menjadi langka karena menurunnya kualitas perairan dan atau karena pemanenan berlebihan. Selain itu, dari hasil inventarisasi terkini mengenai terumbu karang diperoleh data bahwa terumbu karang di Indonesia banyak yang telah mengalami kerusakan karena berbagai penyebab, termasuk pencemaran dari darat, pemboman karang, serta pengambilan karang untuk hiasan.
A. Jenis Spesies Prioritas
Menentukan spesies prioritas untuk kelompok spesies bahari dan perairan tawar tentu memerlukan kecermatan yang tinggi, mengingat sangat bervariasinya spesies yang termasuk kategori ini. Terlebih lagi, data yang tersedia sangatlah minim, sehingga menyulitkan analisa. Dengan keterbatasan yang ada, ditentukan 21 spesies/kelompok yang perlu untuk diprioritaskan berdasarkan kriteria dan penilaian yang tertera pada Lampiran 11 dan 12.
Berikut ini adalah daftar spesies-spesies prioritas nasional untuk katagori spesies bahari dan perairan tawar menurut Permenhut Nomor P 57 Tahun 2008 :
No |
Spesies/kelompok |
Catatan |
Prioritas sangat tinggi | ||
1 | Pesut mahakam
Orcaella brevirostris |
Mamalia air, endemik di sungai dan danau di Kalimantan (Sungai Mahakam, Danau Jempang, Danau Semayang dan danau Melintang), hidup dalam kelompok kecil. Populasi berkurang karena menurunnya kualitas habitat perairan, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. |
2 | Kima raksasa
Tridacna gigas |
Sejenis kima yang telah dimasukkan dalam Apendiks II CITES. Banyak dipanen dan diperdagangkan. Siklus reproduksinya lambat. Jenis ini merupakan jenis bivalvia terbesar, yang dapat mencapai panjang 2 m dan berat 220 kg. |
3 | Duyung
Dugong dugong |
Mamalia air, habitatnya di perairan dangkal tropis dan sub-tropis. Di Indonesia hanya dijumpai di perairan Bangka, Belitung dan perairan Kawasan Timur Indonesia. Populasi sangat menurun terutama karena perburuan. |
4 | Arwana papua
Scleropages jardinii |
Ikan endemik Papua ini banyak diperdagangkan sebagai ikan hias air tawar. Jenis ini belum terdaftar dalam Apendiks CITES dan masih diperdagangkan bebas meskipun sudah ada pengaturan kuota tangkap. |
5 | Ikan belida
Notopterus chitala |
Merupakan ikan asli Indonesia. Habitatnya berupa sungai-sungai yang berlubuk dan berhutan rawa di bagian hulu dan tengah dari sungai-sungai besar di Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Salah satu faktor penyebab kelangkaan, selain pemanenan, adalah karena ikan ini sangat sensitif dengan lingkungan sekitar sehingga sulit untuk melakukan pembenihan secara alami. |
6 | Ikan batak
Neolissochillus thienemanni |
Ikan endemik di Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir, khususnya di Danau Toba dan hulu Sungai Asahan. Banyak dipanen dari alam untuk untuk berbagai acara pesta adat bagi masyarakat setempat. Populasi menurun karena penangkapan yang berlebih dan pencemaran perairan. Dalam daftar merah (Red Data Book) IUCN termasuk dalam kategori rentan (VU) |
7 | Kardinal banggai
Pterapogon kauderni |
Ikan hias yang indah dan unik, endemik di laut perairan Pulau Banggai, di kawasan Teluk Tolo, Sulawesi dan beberapa perairan laut di Maluku hingga Maluku Utara. Ancaman populasi berasal dari pengambilan yang berlebihan, sementara daya dispersal dan laju reproduksinya sangat rendah. |
Prioritas Tinggi | ||
8 | Ikan napoleon
Cheilinus undulatus |
Ikan karang yang dapat mencapai ukuran sangat besar (2m). Merupakan komoditi ekspor dan menjadi ikan konsumsi yang populer dan sangat mahal. Dimasukkan dalam Apendiks II CITES. Populasi menurun karena pemanenan berlebihan dengan cara yang merusak (racun dan bom). Sampai sekarang upaya budidaya belum dilakukan dengan baik. |
9 | Kima lain (selain Tridacna gigas, 6 spesies) | Di beberapa lokasi terdpat laporan bahwa populasi kima sudah menurun drastis. Seperti halnya kima raksasa, populasi 6 jenis kima lainnya juga mengalami penurunan drastis karena pemanenan untuk daging dan cangkangnya. |
10 | Teripang pasir
Holothuria scabra dan 25 spesies teripang lainnya |
Dikenal juga dengan nama timun laut. Merupakan komoditi bahari yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kelompok teripang sangat populer untuk dikonsumsi karena kelezatan dan khasiatnya. Dipercaya merupakan obat berkhasiat karena teripang memiliki kemampuan regenerasi sel yang tinggi. Belum ada regulasi dan upaya budidaya, namun kegiatan pemanenan tinggi. |
11 | Kerang lola
Trochus niloticus |
Moluska dari kelas Gastropoda yang hidup di rataan terumbu karang pada hampir seluruh perairan di Indo-Pasifik. Dikenal juga dengan nama Keong susu bundar. Memiliki lapisan mutiara pada cangkangnya yang dikenal sebagai “mother of pearl”, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai jenis industri seperti cat, kancing, perhiasan. Belum ada regulasi dan upaya budidaya, namun kegiatan pemanenan tinggi. |
12 | Kuda laut
Hippocampus spp. |
Telur dibawa dan dierami pada tubuh individu jantan. Banyak diperjualbelikan untuk hiasan akuarium dan untuk obat tradisional Cina. Di dunia terdapat 32 spesies, namun belum ada kepastian mengenai jumlah spesies yang terdapat di perairan Indonesia. Hidup pada wilayah teritori yang sempit di terumbu karang, padang lamun dan sela-sela akar mangrove di tepi laut. Terdaftar dalam Apendiks II CITES. Populasi menurun karena pemanenan yang tinggi. |
13 | Penyu laut (6 spesies) | Terdiri dari Penyu hijau Chelonia mydas, Penyu sisik Eretmochelys imbricata, Penyu tempayan Caretta caretta, Penyu lekang Lepidochelys olivacea, Penyu belimbing Dermochelys coriacea, Penyu pipih Natator depressus. Semua jenis penyu dilindungi di Indonesia. Ancaman populasi terutama karena perburuan untuk perdagangan (telur, daging dan karapasnya) dan karena kerusakan habitat, khususnya habitat untuk bertelur. Semua jenis penyu sudah masuk ke Apendiks I dan dilindungi di hampir seluruh negara. |
14 | Nautilus
Nautilus spp. |
Moluska (kelas Cephalopoda) yang menghuni terumbu karang bertebing curam. Cangkangnya besar dan dapat mencapai diameter 20 cm. Di seluruh dunia terdiri dari 6 spesies dan dapat ditemukan di perairan Indo-Pasifik. Ancaman utama terhadap kelestarian populasi adalah pemanenan yang berlebihan sementara laju reproduksi sangat rendah. Dilindungi. |
15 | Kepiting kenari
Birgus latro |
Dikenal juga dengan nama Ketam kelapa karena sering memakan kelapa, bersifat nokturnal dan hidup di darat. Penyebarannya sempit, di Kepulauan Maluku (Ternate, Talaud dan sekitarnya). Tidak masuk dalam daftar kelangkaan (buku merah) IUCN karena dikategorikan sebagai kurang data (DD). Merupakan spesies yang banyak dipanen dan diperjualbelikan. Di Indonesia statusnya dilindungi. |
16 | Ikan raja laut
Latimeria menadoensis |
Ikan raja laut (Coelacanth) memiliki ciri khas ikan-ikan purba, ekornya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar, dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Dipastikan sebagai spesies baru pada tahun 1999 walau masyarakat lokal cukup tidak asing lai dengan spesies ikan purba ini. Merupakan ikan purba endemik Sulawesi dan terdaftar dalam Apendiks I CITES. Ditemukan di sekitar perairan Menado (Sulawesi Utara). |
17 | Hiu
Superordo Selachimorpha |
Termasuk kelompok ikan yang banyak dipanen/diburu untuk diperjualbelikan (untuk diambil siripnya, daging, minyak dan kulitnya, serta untuk bahan pakan ikan) sehingga ancaman utama adalah pemanenan berlebihan. Beberapa jenis telah dilindungi di Indonesia ambang kepunahan karena siripnya diburu atau tersangkut jala nelayan. Hiu rentan terhadap penangkapan
berlebih karena ikan-ikan tersebut memerlukan waktu lama untuk mencapai kematangan seksual dan memiliki jumlah anak yang sedikit. Jumlah spesies hiu di Indonesia belum dapat diketahui dengan pasti dan masih banyak spesies baru yang ditemukan, khususnya di daerah Indonesia Timur. |
18 | Pari
Superordo Batoidea |
Kelompok ikan bertulang rawan yang populer untuk dikonsumsi karena kelezatannya. Memerlukan waktu lama untuk mencapai kematangan seksual dan memiliki jumlah anak yang sedikit. Ancaman utama adalah pemanenan berlebihan. Berapa jenis termasuk kategori rentan (VU) sampai genting (CR) menurut kategori IUCN. Beberapa jenis telah dilindungi di Indonesia |
19 | Siput mata bulan
Turbo marmoratus |
Dikenal juga sebagai Batu laga atau Siput hijau. Pemanenan sangat tinggi untuk hiasan dan koleksi, namun laju pertumbuhan sangat rendah. Sampai sekarang belum ada upaya pengelolaan dan budidaya masih sedikit. Sudah dilindungi di Indonesia |
20 | Ubur-ubur Pulau Kakaban (Cassiopeia ornata, Mastigias papua, Aurelia aurita danTripedalia cystophora) | Endemik di danau berair payau di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Jenis ubur-ubur ini memiliki keunikan, yaitu tidak memiliki sengat beracun sebagai hasil evolusi akibat isolasi di danau air asin karena tidak ada hewan pemangsa (predator). Kemungkinan ancaman adalah kerusakan habitat akibat turisme intensif. |
21 | Koral merah
Corallium rubrum |
Jenis koral yang hidup di laut dalam atau pada gua dan ceruk yang gelap. Aspek biologinya, termasuk distribusinya di perairan laut Indonesia, masih belum banyak diketahui. Diperdagangkan untuk perhiasan wanita karena warnanya yang indah, merah terang. Telah terdaftar dalam Apendiks II CITES. |
B. Arahan Kebijakan Khusus
Mengingat bahwa informasi dasar mengenai spesies prioritas banyak yang belum diketahui, maka kegiatan penelitian mengenai penyebaran geografis, pendugaan populasi, serta aspek bio-ekologi dasar merupakan upaya yang penting untuk dilakukan. Selain itu, terhadap spesies-spesies yang dipanen, dibutuhkan pula informasi mengenai jumlah pemanenan yang lestari. Gambaran singkat mengenai arahan kebijakan terhadap kelompok ini disajikan pada Tabel di bawah ini.
Matriks arahan kebijakan khusus untuk spesies bahari dan perairan tawar (disusun berdasarkan kelompok taksa)
No. |
Kelompok Spesies |
Penelitian |
Perlindungan |
Pemanfaatan Lestari |
Moluska |
||||
1. |
Kima (7 sp.) |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum (law enforcement) |
Perlu peningkatan populasi antara lain dengan membangun hatchery. Pemanfaatan belum dapat direkomendasi |
2. |
Siput mata bulan |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum |
Perlu peningkatan populasi di Indonesia bagian barat antara lain dengan membangun hatchery. Di Indonesia Timur perlu pembatasan wilayah panen |
3. |
Kerang lola Trochus niloticus |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan Penegakan hukum |
Perlu peningkatan populasi di Indonesia bagian barat dengan antara lain membangun hatchery. Di Indonesia Timur perlu pembatasan wilayah panen |
4. |
Nautilus spp. |
Zoogeografi, reproduksi, dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi antara lain dengan membangun hatchery |
Echinodermata |
||||
5 |
Teripang (26 sp.) |
Kelimpahan (abundance), distribusi, budidaya (hatchery) |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi antara lain dengan membangun hatchery. Stop panen Teripang susu dan Teripang pasir. Untuk pemanfaatan perlu ukuran panen minimum dan pembatasan alat tangkap |
6 |
Kepiting kenari Birgus latro |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dengan antara lain membangun hatchery. Perlu pembatasan ukuran panen minimum |
Ikan |
||||
7. |
Ikan raja laut Latimeria menadoensis |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Tidak ada rekomendasi |
8 |
Kardinal banggai Pterapogon kauderni |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dengan antara lain membangun hatchery |
9 |
Ikan napoleon |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dengan antara lain membangun hatchery. Perlu pembatasan wilayah panen |
10 |
Hiu |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dan pembatasan wilayah panen |
11 |
Pari |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dan pembatasan wilayah panen |
12 |
Kuda laut (banyak jenis) |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi antara lain dengan membangun hatchery. Perlu pembatasan wilayah panen |
Reptil |
||||
13 |
Penyu |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, kerjasama internasional jalur ruaya, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi |
Jenis Air Tawar |
||||
14 |
Arwana papua |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dan pembatasan wilayah panen |
15 |
Ubur-ubur Pulau Kakaban |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi |
16 |
Ikan Belida |
Zoogeografi, reproduksi, laju pertumbuhan, budidaya (hatchery), dinamika populasi |
Pengawasan, penegakan hukum, penyadartahuan |
Perlu peningkatan populasi dan pembatasan jumlah panen |
Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018
- Aneka Informasi tentang Anoa di dalam Permenhut No P. 54 Tahun 2013 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus Quarlesi) Tahun 2013-2022
- Mengenal Anoa Dataran Rendah (Anoa depressicornis) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
- Mengenal Flora TNRAW : Pemanfaatan Agel (Corypha utan)
- Mengenal Ekologi Wallacea
- Spesies Baru Kelelawar dari TN Rawa Aopa Watumohai
- Daftar Spesies Prioritas Nasional Untuk Katagori Tumbuhan di Indonesia
- Daftar Spesies Prioritas Nasional Untuk Katagori Binatang Laut dan Air Tawar di Indonesia
- Daftar Spesies Prioritas Nasional Untuk Katagori Serangga di Indonesia
- Daftar Spesies Prioritas Nasional Untuk Katagori Reptil dan Amfibi di Indonesia
- Daftar Spesies Prioritas Nasional Untuk Katagori Primata di Indonesia
- Analisis Risiko Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Dengan Pemanfaatan Pemodelan Spasial*
- Menggunakan Band 8 Pankromatik untuk Mempertajam Citra Landsat 8
- Tips Penelitian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara
- SK Dirjen PHKA No SK 133 Tahun 2014 Penetapan Rayon PNBP Taman Nasional : TNRAW di Rayon III
- GRATIS PNBP : Pemanfaatan Kawasan Taman Nasional untuk Penelitian Pelajar dan Mahasiswa
- Lokasi Mancing Mania : Berburu Ikan Kerapu Monster di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
- Penyesuaian Tarif Masuk (PNBP) Pengunjung Di Kawasan Taman Nasional Tahun 2014
- Konversi Atribut Data Spasial Format shp dari ArcGIS ke MS Excel untuk Persiapan Regresi dengan SPSS
- Cara Memasukkan Titik Hotspot Kebakaran ke Dalam GPS untuk Ground Check
- Merasakan dari dekat Ekowisata Rawa Aopa (In Memorian 2010)
Terima Kasih!!!
http://dulwadul-inc.blogspot.com
sama-sama mas. sukses sll.
thaks
mantap om sugi, artikelnya keren
🙂