Informasi Seputar Persiapan Kunjungan Ke Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Peta Rute I Kendari - Kantor Balai TN Rawa Aopa Watumohai

Peta Rute I Kendari – Kantor Balai TN Rawa Aopa Watumohai

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai seringkali menerima kunjungan dari berbagai latar belakang, tujuan, maupun tempat asal. Pengunjung tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga luar negeri. Sangat disarankan, sebelum melakukan kunjungan sebaiknya melakukan eksplorasi tentang lokasi yang akan dikunjungi. Eksplorasi dimaksud dapat berupa mencari informasi di internet, bertanya pada teman yang pernah berkunjung, membaca koran maupun mengumpulkan media informasi seperti leaflet atau buklet. Informasi ini sangat bermanfaat untuk membuat rencana perjalanan, menginventarisir perlengkapan/bekal yang harus dibawa, mengefisienkan waktu dan mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.Tidak tersedianya informasi tentang lokasi dapat menyebabkan perjalanan menjadi tidak efisien. Baca lebih lanjut

Pola Pergerakan Air dari Rawa Aopa sampai ke Kendari

Citra terrain aliran air dari Rawa Aopa ke Kendari

Citra terrain aliran air dari Rawa Aopa ke Kendari (lokasi Rawa Aopa di pojok kiri bawah)

Sebagian besar kebutuhan air warga Kendari dipenuhi oleh PDAM Kota Kendari dengan menyedot air dari Sungai Sampara. Air bagi warga Kendari merupakan kebutuhan fital. Namun berapa banyak para pengguna air ini tahu bahwa air yang mereka konsumsi setiap hari berasal dari kawasan konservasi cantik yang bernama “Rawa Aopa”. Baca lebih lanjut

Mengenal Teknik Kultur Jaringan dan Peluang Restorasi Populasi Spesies Anggrek

Kalus kultur jaringan

Kalus kultur jaringan

Pendahuluan

Perkembangan peradaban tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan kualitas lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi berdampak pada konsumsi sumber daya alam yang tinggi pula. Upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah berdampak pada degradasi alam. Ini tidak hanya terjadi pada level genetik, tapi telah merambah pada kerentanan jenis dan hilangnya fungsi ekosistem sebagai habitat bagi berbagai jenis spesies. Upaya perlindungan dan pengamanan yang dilakukan secara insitu terhadap habitat alami ternyata masih belum mampu mengimbangi terjadinya erosi genetik. Sehingga yang diperlukan ke depan adalah pengembangan teknologi budidaya yang mampu mengatasi lambatnya pemulihan populasi spesies yang berlangsung secara alami. Baca lebih lanjut

Kebakaran Savana Sebagai Anugerah dan Bencana

Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya. Kita mesti sabar menjalani. Hanya cambuk kecil, agar kita sadar. Adalah Dia di atas segalanya ….”, Kutipan lagu Ebiet G. Ade.

Lagu yang kurang lebih ingin memberi pesan jika anugerah dan bencana ini sesuatu yang amat dekat jaraknya. Supaya manusia tetap bersabar. Ini juga terjadi pada kebakaran savana, bisa dianggap menguntungkan maupun merugikan. Tergantung dari sisi mana kita memandang. Baca lebih lanjut

Status Kawasan di Sekitar TN Rawa Aopa Watumohai Menurut Peta Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Sultra

Peta kawasan hutan Sultra

Peta kawasan hutan Sultra

Status kawasan merupakan suatu identitas wilayah yang bersifat fungsional dan menggambarkan tatanan wilayah berdasarkan fungsi dan peruntukkan kawasan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Status kawasan memberikan batasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan  di dalam konteks pembangunan wilayah. Penunjukan status kawasan ini terkait dengan upaya untuk mendukung sinergitas fungsi dalam kerangka kepentingan pembangunan wilayah baik pembangunan bersifat lokal maupun nasional. Sampai saat ini, penunjukkan status kawasan hutan masih menjadi domain Menteri Kehutanan. Dimana dalam proses awalnya, penunjukkan kawasan ini khususnya Taman Nasional memperhatikan peran strategis kawasan, potensi serta aspirasi masyarakat setempat (Pemerintah Daerah). Penunjukkan merupakan step pertama dalam proses pengukuhan kawasan hutan. Dalam tahapan penunjukkan, umumnya batas-batas wilayah masih bersifat indikatif atau kalaupun telah dilakukan tata batas masih belum temu gelang. Pada Peta Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sultra, kawasan TNRAW berada di bagian bawah P. Sulawesi dengan warna ungu (download peta silahkan menggunakan link di bawah artikel ini) Baca lebih lanjut

Permasalahan dalam Meningkatkan Kedetailan Skala Peta Tematik di Kawasan Konservasi / Taman Nasional Luar Jawa

Contoh citra landsat akuisisi 2011

Contoh citra landsat akuisisi 2011

Pada umumnya ada kesulitan untuk mendapatkan referensi peta dengan skala detail di kawasan konservasi khususnya di luar Jawa. Beberapa sumber citra yang cukup detail dapat didownload secara gratis di Google Earth, namun biasanya hanya tersedia untuk kota-kota besar. Sementara di kawasan hutan resolusinya kurang bagus. Merupakan sebuah kewajaran ketika penyedia layanan menempatkan pusat-pusat aktivitas masyarakat dalam porsi lebih untuk ditampilkan dalam citra beresolusi tinggi terkait hajad hidup orang banyak. Akan tetapi tuntutan pengelolaan lebih intensif terhadap kawasan konservasi (khususnya Taman Nasional) menjadi kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Terlebih lagi dengan adanya program penguatan kapasitas data level tapak pada Resort Based Management ( RBM ), maka diperlukan peta-peta sebagai penyedia informasi dalam skala detail. Keberadaan peta skala detail ini akan sangat membantu petugas lapangan untuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap potensi maupun gangguan yang ada di dalam kawasan. Baca lebih lanjut

Peluang Teknik Data Mining (Assosiasi) sebagai Tool Ekstraksi Database dalam Rangka Pengambilan Keputusan di Kawasan Konservasi

Kebudayaan masyarakat berkembang demikian pesat dan menjadi sangat kompleks. Kebutuhan akan data dan informasi juga telah menjadi kebutuhan wajib bagi setiap organisasi. Adanya persaingan dan juga kebutuhan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, mau tidak mau mendorong untuk merancang suatu sistem yang dapat memberikan input bagi pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Di dalam pengelolaan kawasan konservasi, nilai penting data dan informasi di-cover dalam suatu sistem yang dinamakan “Resort Based Management”, dimana peningkatan kapasitas data dilakukan secara intensif hingga pada level tapak. Namun yang menjadi permasalahan berikutnya adalah dengan terkumpulnya data, apakah bisa menjamin bahwa keputusan yang diambil telah sesuai dengan data ? Barangkali analogi yang perlu dibangun tidak sesederhana itu. Data adalah modal dasar untuk merancang suatu sistem yang kompetitif, namun ini tak akan ada artinya jika organisasi tidak mampu menggali informasi di dalamnya. Baca lebih lanjut

Mengenal Kehidupan Rotan (Calamus inops) di Hutan Pendidikan Tatangge TNRAW, Provinsi Sultra

Buah rotan di TNRAW

Buah rotan di TNRAW

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki beragam kekayaan hayati jenis palem-paleman. Hasil penelitian Sabilu (1999) menyatakan bahwa setidaknya TNRAW dihuni oleh 30 jenis palm yang diklasifikasikan ke dalam 15 marga. Diantara palm tersebut, 11 diantaranya merupakan jenis endemik Sulawesi. Jenis palem yang memiliki populasi cukup melimpah di kawasan yang berstatus situs RAMSAR ini salah satu diantaranya adalah jenis Rotan (Calamus inops). Rotan (Calamus inops) merupakan salah satu flora yang menjadi daya tarik wisata pendidikan Hutan Pendidikan Tatangge. Baru berjalan sekitar 30 meter saja ke dalam kawasan, seorang pengunjung dapat menikmati dari dekat tumbuhan menjalar ini di kiri dan kanan track wisata Tatangge. Meskipun masih berupa anakan, rotan bisa dikenali dengan mudah dan dibedakan dari jenis tumbuhan lain karena memiliki duri dan daun yang khas. Untuk mendapatkan rotan-rotan yang lebih besar, pengunjung hanya perlu berjalan lebih dalam lagi masuk ke kawasan hutan pendidikan. Kurang dari 100 meter, pengunjung dapat menjumpai rotan ukuran dewasa yang cukup lebat dari pinggir track yang mereka lalui. Baca lebih lanjut

Pengolahan dan Pemanfaatan Tanaman Multiguna Sagu (bahan Sinonggi) oleh Masyarakat Tolaki dan Bugis Provinsi Sultra

Sagu di daerah penyangga TNRAW

Sagu di daerah penyangga TNRAW

Dahulu sebagian masyarakat menganggap pohon sagu sebagai tumbuhan kutukan. Dimanapun sagu itu tumbuh dengan lebat, disitu pula bermukim masyarakat tertinggal yang umumnya miskin. Logika ini tidak sepenuhnya salah sebab sagu merupakan tumbuhan yang memiliki persebaran yang cukup luas dan dahulu kala memiliki kelimpahan yang sangat tinggi. Kala itu, mereka tidak perlu menanam untuk mendapatkan makanan sehari-hari. Mereka cukup menebang sagu dari alam di sekitar kampungnya, memakan sebagian dan menyimpan sisanya. Selama berhari-hari mereka dapat hidup tanpa bekerja dengan mengkonsumsi sagu yang mereka simpan itu. Setelah persediaan menipis, baru mereka datang kembali ke hutan untuk mengambil sagu. Demikian seterusnya sehingga wajarlah apabila sebagian masyarakat di masa lalu menganggap sagu sebagai salah satu faktor dibalik penyakit malas kerja dan ketertinggalan di daerahnya.   Baca lebih lanjut